Senin, 22 Agustus 2016

Sebuah Keharusan ~



Pintu-pintu itu telah tertutup,
rupanya tuan sengaja menguncinya rapat-rapat,
agar tak ada angin lalu yang menerobos masuk,
menghancurkan semua usaha untuk pergi..

Seperti berpijak pada semak berduri,
Seketika langkahku terhenti,
Ingin ku putar haluan mencari jalan lain, setidaknya telapak ini tidak terluka,
Hingga aku tersadar sekiranya sudah separuh perjalanan ku tempuh..

Meski enggan tapi akan ku langkahkan kaki ini,
melangkah kemana saja takdir ini  menghendaki,
sampai Tuhan memanggil untuk pulang..

Asal tuan bahagia..





Regard,

Jakarta, Pagi yang dingin ~





Selasa, 02 Agustus 2016

Selamat Jalan Sahabatku..


Foto terakhir bersama Alm. Akbar

Tulisan ini harusnya sudah basi kalau baru diposting sekarang tapi  yasudahlah, karena memang baru sanggup menulisnya sekarang. Masa berduka itu sudah berlalu, secara pribadi saya sudah mengikhlaskannya meski sesekali masih teringat sosoknya yang manja dan super rempong, suaranya pun masih sering terngiang di telinga saya, tapi yasudahlah, bukankah kita semua juga bakal kesana kan? Waktu nya saja yang berbeda. 

Rizqy Fadhilah Akbar Chairul Amri (Akbar), panggilan akrab "gimbul" karena memang dia sendiri yang memberikan nama lucu itu pada salah satu produk makanannya dengan brand "Opa Gimbul". 

Alm. di mata saya :

Gimbul adalah sosok manusia penghibur. Siapa pun yang didekatnya akan merasa terhibur dan melupakan segala masalah (sejenak). Alm tidak pernah kehabisan topik untuk mengobrol dan becanda dengan seseorang. Alumni marketing management ini memang sangat ahli berkomunikasi dengan orang, alm pandai sekali membaca karakter orang sehingga dia bisa menyesuaikan topik yang akan dibahasnya dengan orang tersebut. Kalau anda menyuruh saya untuk menyebutkan 1 kata yang menggambarkan alm secara keseluruhan, saya akan menjawab "Multitalented". Alm adalah sosok yang cerdas dalam bidang akademik maupun non akademik. Alm adalah sosok yang sangat pandai membaca peluang, seperti salah satu contohnya ketika masa kuliah dulu. Mayoritas anak kuliah adalah anak kos dimana tidak terlambat ketika kuliah pagi saja rasanya sudah bersyukur, boro-boro mikir sarapan dulu, bisa bangun saja alhamdulillah. Nah, opa gimbul yang jago masak ini akhirnya berbisnis sosis solo ayam dan martabak bikinan dia sendiri di kontrakannya, jualnya hanya ketika ada kuliah pagi. Tanpa nunggu sejam pasti sudah ludes semua makanan yang dia jual. Rasanya kalau saya tulis semua keahlian dan prestasi alm, butuh berlembar-lembar halaman nih. Untuk lebih jelasnya buat yang penasaran, silahkan baca sendiri profile alm di linkedin nya , check it out :



April, 2016

Hari itu adalah hari sabtu. Maaf aku lupa tanggal berapa, pokoknya sekitar minggu ke-3 atau ke-4 di bulan april. Kondisinya waktu itu aku baru saja putus. Gimbul sudah 2 minggu ini merengek mengajakku jalan-jalan tapi selalu aku tolak. Aku masih ingin sendiri (saat itu). Namun dia berusaha keras mengajakku di minggu itu "kon gak oleh ndekem dewe berlarut koyok ngunu, no boy no cry sis, kon kudu ndelok suasana nak njobo, sik akeh iwak nak laut"  , kurang lebih artinya 'kamu gak boleh mengurung diri terus dan sedih berlarut kayak gitu, no boy no cry sis, kamu harus lihat diluar sana ibaratnya masih banyak ikan di laut'. Akhirnya aku putuskan oke masa berduka nya sudah cukup dimana sebenarnya tidak perlu ada masa berduka untuk laki-laki yang memilih untuk pergi daripada mempertahankan. STOP. ini bukan waktunya curhat. 

Berangkatlah aku ke mall kelapa gading, Jakarta Utara. Kami janjian ketemu disana. Aku memutuskan untuk ke salon dulu sebelum berangkat kesana, kata orang buang rambut sama saja dengan buang sial hehe. Gimbul cukup lama menungguku sendirian disana dan dengan santainya aku jawab "aku yo bingung, sakjane lapo sih aku nyalon sek wong arep ketemu awakmu ae loh ya hahaha" , artinya 'aku juga bingung, seharusnya juga kenapa ya aku kok nyalon dulu toh juga ketemunya sama kamu". Singkat cerita, sampailah aku di Ya Kun Kaya Toast, si gimbul sudah asyik makan sendiri disana. Setelah berfoto2 ria, nggosip sana sini, makan dan lanjutlah kami untuk nonton film. Dipilihlah film The Hunstman : Winter's War. Asli, ceritanya so sweet banget bisa dibilang romeo juliet versi petualang yang nggak lembek, sumpah deh bikin baper apalagi buat aku yang saat itu baru sebulan putus. Andai dia gak semenyerah eric toh semua perbedaan bisa kok diatasi kecuali keyakinan. PLIS JANGAN CURHAT LAGI. oke sorry. Gimbul pun sependapat dengan aku "kalo sayang harusnya memang tak semenyerah itu ryn", ya mbul kamu bener. 

Setelah selesai nonton, lanjutlah kita jalan-jalan berkeliling mall, waktu masih menunjukkan pukul 16.30 WIB dan kami bingung harus kemana lagi. Entahlah saat itu aku ingin seharian bersamanya, begitu juga dia. "aku mau sampe malam ndut, aku berani kok pulang sendiri", rayuku. Yauda akhirnya diputuskanlah kita untuk makan lagi. Kali ini gimbul ngajak makan korean food di Mujigae. Asli langsung baper lagi "mbul aku terakhir ke mujigae sama dia :'( " , yaudalah aku rapopo. Yuk cus order makanan. Tidak lupa dong untuk selfie narsisnya hihi. Selama makan, gimbul membahas soal sosok berinisial J. Sepertinya dia sengaja mengalihkan topik ke J supaya aku tidak membahas soal A (apalah itu) hahaha. J adalah mantanku ketika di Surabaya, sebelum mengenal A dan J merupakan sahabat dari gimbul. Aku bisa dekat dengan gimbul juga karena J. Gimbul bilang kalau dia kangen banget sama J. Ya maklum si gimbul sering banget nginep di rumah J selama kuliah di Surabaya dulu, sering nonton dan kuliner berdua juga jauh sebelum aku berpacaran dengan J.

"Sis, kalo misal J ke Jakarta lagi, kamu mau nggak kalo kita ngumpul rame2 lagi kayak dulu?"
"mau aja kok. kenapa nggak? yg lalu biarlah berlalu. Justru aku ingin banget ketemu dia, sanggup nggak dia natap mata ku pas ngomong sama aku."
"hmm yoweslah.. kalo misal nih misal, dia ngajak balikan gimana?"
"Gak akan. sampe kapanpun aku gak akan pernah mau, pengkhianatan itu boleh dimaafkan tapi tidak untuk diberi kesempatan lagi mbul. Aku rasa si J tau bener kok kerasnya karakterku jadi dia tau bakal sia-sia juga memaksaku"
"ohh yaudalah.. sip kalo gitu kalo dia kesini nanti kita kuliner bareng lagi ya kayak dulu.. Sumpah aku kangen sis sama dia.. dia itu laki banget, care banget ke temen, gentle lah" ya mbul aku setuju kalo itu..

Adzan maghrib berkumandang, gimbul bergegas cari musholla dan kebetulan aku sedang berhalangan so aku menunggunya di Mujigae. Setelah dia kembali, kami pun lagi-lagi bingung untuk memutuskan mau kemana lagi kita? hahaha. Waktu menunjukkan pukul 18.45 wib dan kami belum ikhlas untuk pulang. Sebenarnya teman-teman kami dari kampus lagi pada di Jakarta malam ini tapi mereka mengajak ke tempat yang menjual alkohol, lagi gerah katanya. Ya kalau dulu sih oke aja buat ikutan ngumpulnya aja meskipun aku tidak akan pernah meminum setetes pun, tapi kalo sekarang mikir-mikir deh. Kaki juga akan menjawab nantinya kemana saja ia dilangkahkan. 

"karaoke aja yuk ndut", ajakku.
"yuk. dimana? di depan kelapa gading ada nav sama happup sih yg tinggal jalan dari sini. tapi kalo depan mall pas ya nav."
"yuk nav aja lah. tinggal nyebrang"

Cus lah kita untuk karaoke berdua. Jujur aku senang kalau sudah mendengar gimbul bernyanyi, suaranya merdu sekali. Maklum dia memang jebolan paduan suara sejak SMA. Tapi tiba-tiba keisengannya mulai. 

"Sis, coba deh puter lagu reza artamevia yang 'mungkinkah kau mencintai diriku selama-lamanya hingga maut memisahkan... Bukan hanya cinta yg sesaat trus menghilang bila hasrat tlah usai.."
"anjirr.. kon sengaja yoo..." bentakku
"hahaha wes ta sis, ungkapkan semua amarahmu malam ini, nangiso juga gak apa sepuasmu, tapi cukup malam ini, besok2 nggak ada lagi drama soal A"

Dua jam sudah kami berduet maut dan waktu menunjukkan pukul 20.30 wib dan tiba-tiba hujan deras di luar. Yasudahlah mungkin ditakdirkan untuk lebih malam lagi pulangnya haha. Kami pun memutuskan untuk ke KFC terdekat sembari menunggu hujan reda. Perut sudah super kenyang dan hujan pun reda. Kami pun bergegas pulang dan berjanji akan bertemu kembali.

"Next time gantian aku yg ke slipi ya sis, udah lama nggak ke CP (central park)"
"iyolah mbul gantian, moso aku terus yg ke utara, jauh tau.. hiks"

Dua bulan berlalu tanpa ada janji yang terealisasi selama itu, hingga kabar duka pun mengejutkanku. Dia kini telah pergi untuk selama-lamanya. Tidak ada lagi canda tawa nya yang manja dan tidak ada lagi partner makan dan jalan-jalan di Jakarta. Ya teman memang banyak tapi sahabat susah dicari apalagi yang udah sejak bangku kuliah dekatnya, rasanya sudah tau banget baik buruk karakternya. Terakhir kami janjian untuk makan arabian food, dia lagi ngidam arabian food katanya. Dan juga dia memintaku menemaninya cari kerudung untuk ibunya. Dan semua wacana tinggal kenangan.

Selamat jalan sahabatku.. tenang di alam sana..  aku juga pasti kesana , hanya waktunya saja yang berbeda.. Semoga nanti kita dipertemukan kembali di Surga Allah.. Amin.







Selasa, 07 Juni 2016

Makna Ketulusan ~

Bagaimana kau bisa begitu mencintainya?Apa yang membuatmu begitu mencintainya? Tanyakan pada hatimu alasan-alasannya. Dan ketika kau bingung menjawabnya sebab memang tak ada alasan untuk menjawab itu semua, selamat, rasa sayangmu telah mencapai tahap tulus. Seseorang yang tulus mencintai akan paham "Everyone is special" dengan kelebihan dan kekurangan dalam diri tiap manusia. Ketika kekurangan itu semakin terlihat, orang yang tulus mencintai akan berusaha menutup sebelah mata dan melihat terus-menerus pada kelebihan dalam diri tiap manusia. Seseorang yang tulus mencintai tidak akan punya alasan untuk mencintai seseorang, sehingga tidak ada alasan pula untuk beranjak pergi, sampai si tuan rumah mengusirnya mungkin ia akan pergi dan berusaha membunuh hatinya sendiri demi keinginan si tuan rumah, demi kebahagiaan si tuan rumah.

  Orang yang mencintai kamu dengan tulus, tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu. Yang dia tahu, pokoknya dia sayang dan di mata nya hanya kamu satu-satunya. Dia yang tulus mencintai, akan selalu menerima kekurangan kamu, apa adanya dirimu. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata yang kamu ucapkan bahkan mungkin kalimat yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak kan melakukannya lagi. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!

Seseorang yang tulus mencintaimu, akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu meski kamu berusaha membuatnya membencimu. Yang tetap ingin tinggal disampingmu meski keadaan menguji kesabarannya. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya.

Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada disana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya..........dia selalu menunggumu.

Kamis, 02 Juni 2016

Kisah Ini Menampar Saya~

Kali ini saya akan membagikan suatu kisah yang pernah saya baca di media sosial sebelum saya memutuskan berhijrah dan menutup aurat. Saat itu saya merasa seperti ditampar dengan cukup keras. Terdengar berlebihan? Saya rasa tidak jika hati anda masih memiliki ketakutan akan murka-Nya. Berikut kisahnya..

Kisah Seorang Wanita Taat Beribadah tapi Tidak Berhijab

Alkisah diceritakan, ada seorang wanita yang dikenal taat dalam beribadah. Dia sangat rajin melakukan ibadah wajib maupun sunnah. Hanya saja dia belum mau menutupi auratnya. Setiap kali ditanya "Kapan berjilbab?", ia hanya tersenyum seraya menjawab "Insha Allah yang penting hati dulu yang berjilbab." 

   Suatu malam ia bermimpi sedang berada di sebuah taman yang indah. Rumputnya sangat hijau. Berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan bagaimana segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai sangat jernih melintas di pinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya. Ada beberapa wanita disitu yang terlintas juga sedang menikmati pemandangan keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita tersebut. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

"Assalamu'alaikum saudariku.."
"Wa'alaikumsalam.. Selamat datang saudariku.."
"Terima kasih, apakah ini surga?"
Wanita itu tersenyum. "Tentu saja bukan wahai saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum surga."
"Benarkah? Tak bisa ku bayangkan seindah apakah surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.."
Wanita itu tersenyum lagi kemudian bertanya,"Amalan apa yang bisa membuatmu kembali wahai saudariku?"
"Aku selalu menjaga shalat dan menambah dengan ibadah sunnah lainnya. Alhamdulillah"

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka dan ia melihat beberapa wanita yang di taman tadi mulai memasukinya satu per satu.
"Ayo kita ikut mereka !" Kata wanita itu sambil setengah berlari. 
"Apa di balik pintu itu?"
"Tentu saja surga, wahai saudariku.."

Larinya semakin cepat namun tetap tertinggal. Ia berlari sekuat tenaga untuk mengejar para wanita itu tapi tetap saja tak mampu mengejarnya. Ia lalu berteriak.

"Amalan apa yang engkau lakukan sehingga engkau tampak begitu ringan?"
"Sama dengan engkau wahai saudariku.." Jawab wanita itu sambil tersenyum. Wanita itu telah mencapai pintu surga. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu ,"Amalan apalagi yang engkau lakukan tapi tidak aku lakukan ??", Wanita itu menatapnya dan tersenyum lalu berkata, "Apakah engkau tidak memperhatikan apa yang membedakan kita?"

Ia sudah kehabisan nafas, tak mampu lagi menjawab.
"Apakah engkau mengira bahwa Rabb mu akan mengijinkanmu masuk ke surga-Nya tanpa jilbab yang menutup auratmu? Sungguh disayangkan, amalanmu tidak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini. Cukuplah surga hanya sampai di hati mu karena niatmu adalah menghijabi hati."

~The End ~

Allah SWT berfirman "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab : 59)

"Jilbabku memang tidak menjamin bahwa aku akan masuk surga maupun selamat dari hisab. Yang aku tau, salah satu ciri perempuan surga adalah yang berhijab dan Allah menyukai hamba-Nya yang berusaha untuk taat."

Kisah yang sederhana tapi membekas di ingatan saya hingga kini. Perumpamaan yang begitu indah terutama bagi saya yang dahulu selalu beralasan "yang penting hati dan ibadahnya dulu". Saat itu saya lantas berpikir "mau ditunda sampai kapan lagi? sampai kain kafan yang lebih dahulu menghijabi?" Naudzubillah. Kalau tidak sekarang kapan lagi? Siapa yang menjamin umurmu sampai besok? Bahkan syarat mati tidak harus sakit dan tua.

Kamis, 19 Mei 2016

Kosong ~

Seperti ingin melangkah tapi tak tahu arah dan tujuan,

Seperti menanti tanpa tahu apa yang dinanti,

Seperti berharap tanpa tahu apa yang diharapkan,

Berusaha tak semunafik ini tapi akan terlihat lemah,

Berusaha tak berdusta pada nurani tapi memang harus,

Hanya satu harapan yang kan bisa bantu,

Semoga Tuhan kan tunjukkan jalan.....



Jakarta, 19 Mei 2016
Sore menjelang petang ~

Kamis, 21 April 2016

Telapak Kaki ~

“Ibarat telapak kaki, ketika telapak kaki mu terluka, berhentilah sejenak sampai luka nya benar-benar sudah membaik, jangan dipaksakan untuk berjalan atau bahkan berlari karena yang ada hanya membuat luka nya semakin parah”

                Hati ini ibarat telapak kaki. Ketika hati terluka, beristirahatlah.. Jangan paksanakan untuk berlari mencari hati yang baru. Mungkin akan kau temui suatu kedamaian dalam rasa yang sesaat tapi semua itu hanyalah kedamaian semu. Awal yang salah akan berakhir dengan salah. Beristirahatlah sejenak, setidaknya biarkan luka mu mengering dan tidak meningalkan rasa sakit, dan saat itu lah kau mampu melangkah kemanapun kau mau.

                Ketika kau sudah mampu berlari kembali, ingatlah rasa sakit yang pernah kau rasakan dulu sehingga bisa mengingatkanmu untuk melangkah lebih berhati-hati. Dan ketika kau terjatuh lagi, sehingga telapak kakimu terluka lagi, sekali lagi, berhentilah sejenak. Setidaknya sampai luka kali ini benar-benar membaik hingga kau mampu berlari kembali. Namun ketika kau merasa enggan untuk melangkah kembali karena trauma luka yang kau alami, ingatlah kau sudah belari sejauh ini dan bahkan dirimu sudah terbiasa dengan perihnya luka, kau terlalu kuat untuk menyerah sekarang. 

Rabu, 20 April 2016

You don't know how it hurts (PART 2)

       Semoga hari ini adalah hari baik untuk ku. Rasanya aku sudah bosan mengunjungi kampus ini dan tiba saatnya ini akan menjadi hari terakhirku menjadi mahasiswa.
“Sayang, berdoa dulu ya, jangan gugup, aku yakin kamu pasti lulus”, Galih menggenggam tanganku erat dan sedikit gemetar. Aku menatapnya erat-erat lalu tertawa. “Hei kenapa kamu yang grogi? kan aku yang mau sidang? terima kasih ya semangatnya, doakan aku ya”. Aku menuju ruang sidang dan Galih setia menungguku diluar ruangan hingga aku keluar dan membawa kabar gembira untuknya. “Everything’s gonna be okay sayang”, aku tersenyum menatapnya yang terlihat khawatir.
            Selamat menjadi pengangguran Rey !! hahaha batinku dalam hati. Tak masalah, aku bahagia karena hari demi hari pun terlewati bersamanya. Galih setia menemaniku layaknya sahabat dan memarahiku layaknya seorang kakak. Hari ini adalah jadwal kami mengunjungi sebuah job fair di Surabaya. Bukan pertama kalinya dia menemaniku datang untuk melihat bursa kerja. Terkadang aku sedih karena statusnya yang baru akan mengambil skripsi tahun depan tapi disisi lain aku berjanji pada diriku sendiri “aku akan selalu ada buat mu, boleh jadi kita tidak bisa memakai toga bersama, tapi aku akan menunggu dan kita akan sukses bersama”.
“Yang, coba deh kamu daftar PT. Hogwartz itu, bagus kok”, Galih menunjuk ke sebuah papan.
 “Nggak mau ah, itu di Jakarta. Jauh”
“Ya semua dicoba dulu kali yang, jangan terlalu milih juga, siapa tau rejekimu disitu, kan aku juga bisa nyusul ke Jakarta nanti”, Galih coba merayuku.
“hmm liat tuh antri nya. Males ah, daftar yang lain aja” Aku tetap menolak.
“Sini berkasmu, aku yang antri, kamu duduk aja di tangga sana”, Galih merebut map ku dan menuju ke antrian. Aku berjalan menuju tangga dan memandangnya dari kejauhan.

            Seminggu kemudian, dua perusahaan memberitahuku tentang jadwal tes. Oh my God, kenapa tes nya di hari yang sama sih ?! Ini artinya aku akan mengikuti tes dari pagi hingga petang di lokasi yang berbeda. Terbayang sudah bagaimana lelahnya hari itu.
“Aku temenin lah, kamu semangat dong, baru juga tes awal uda ngeluh”, Galih menggodaku.
“Kamu nemenin? janganlah !! itu dari jam 7 pagi sampai jam 12 siang terus lanjut lagi di lokasi yang berbeda dari jam 1 siang sampe maghrib “
“Lha terus kenapa? bukannya udah biasa ya aku nemenin kamu seharian? besok aku jemput jam6 pagi biar kamu nggak terlambat”, Paksanya.
“Yauda kamu antar aku aja deh terus kamu pulang, nanti jemput aku lagi”,
“Nggak ah, ribet mondar mandir. Nggak apa aku tungguin di kantinnya aja nanti, aku bisa main game kok di tab”
Entah apa yang ada di pikiran laki-laki di depanku ini. Mungkin ini yang dinamakan bila hati sudah tulus mencintai, apapun akan dilakukannya jika itu untuk orang yang disayanginya.
***
                “Sayang, entah aku harus bahagia atau sedih. Aku diterima di PT. Hogwartz, aku akan tinggal di Jakarta. Aku bersyukur tapi aku membenci semua ini, aku tidak ingin jauh dari kamu. Bagaimana aku sanggup sedangkan setiap hari aku selalu bersamamu. Ini semua gara-gara kamu, kamu yang menuntunku ke takdir ini.”
“Alhamdulillah. Aku senang dengernya, kamu nggak boleh ngomong gitu, kamu harus bersyukur, Allah beri pekerjaan kamu dengan cepat. Nanti aku main ke Jakarta lah, kita kan sudah bosan berpetualang di Surabaya, saatnya kita menyusuri Jakarta, kita taklukkan semua kulinernya hahaha”, Galih terlihat bahagia atas keberhasilanku.
“Apakah kita bisa menjalani LDR? Apakah kita sanggup?”, sekali lagi aku tidak pernah percaya dengan keberhasilan LDR.
Why not? Tahun depan aku ambil skripsi, udah nggak ada kuliah lagi. Kita hanya perlu bertahan sebentar untuk jauh. Nanti aku nyusul kamu kok kerja di Jakarta”.
Aku memeluk tubuh di depanku dengan bahagia. Sekali lagi, aku bersyukur mengenalnya. Laki-laki yang tidak pernah lelah dan menyerah denganku. Dia tidak pernah menyerah membuatku kuat dan yakin bahwa aku bisa.
                Surabaya, 2 Desember 2015. Aku membenci semua perpisahan. Mengapa harus ada pertemuan jika perpisahan adalah hal yang wajar? Aku mendorong koperku menyusuri lorong menuju kereta arah Jakarta. Airmata ku tak berhenti menetes mengiringi tiap langkahku yang semakin jauh dari ruang tunggu. Aku meletakkan koperku lalu aku berlari keluar menuju ruang tunggu.
“Maaf pak saya keluar lagi, ada yang ketinggalan”, ijinku kepada petugas.
Aku berlari mencari Galih. Aku menggenggam erat tangannya yang berkeringat dan gemetar. Airmata ku terus mengalir.
“Kamu harus ke Jakarta dalam waktu dekat ya”, ucapku pelan.
“Iya, insha Allah, Januari aku ke Jakarta, kamu ngapain balik lagi? Nanti ketinggalan kereta lho”
“Aku masih ingin lihat kamu. Aku titip ibu dan adek aku ya, anterin ibu berobat ke rumah sakit kayak biasanya”
“Iya siap. Kamu tenang aja, kalo ibu sama adek kamu butuh dianterin kemana-mana, langsung hubungi aku aja, mereka punya nomer aku kan. Nanti aku temenin. Kamu jangan nangis terus, malu dilihat orang lho”
“Biarin.. Inget ya kamu harus rajin, nggak boleh males terus. Kasian mama kamu, curhat terus tentang kuliah kamu”
***
                Tak terasa sudah 9 bulan aku merantau di ibu kota ini. Waktu berlalu begitu cepat hingga aku tersadar waktu membuat kami berbeda. Ikatan batin yang terbangun hampir 3 tahun ini tak bisa aku pungkiri lagi, aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ah sudahlah, tidak baik berprasangka buruk kepada Galih yang sangat baik pada ku. “Tuhan tolong hapuskan prasangka yang tak jelas ini.”
                Tiba saatnya hari yang ku tunggu. Hari ini aku akan bertemu Galih. Seperti biasa, kami sudah merencanakan aktivitas kami hari ini, dari pagi hingga malam, akan bersama. Galih menjemputku seperti biasa. Aku masuk ke dalam mobilnya dan ku rasakan aura yang berbeda. Batin ini semakin kuat mengatakan ada yang berbeda pada kami. Suasana hening seperti tak ada kerinduan seperti biasanya. Aku memandangnya lekat-lekat sampai dia membuka obrolan. “Hai yang, by the way, kamu udah nonton Running Man yang terbaru? Lucu loh, aku suka yang pas .....”, “Lih? Kamu tidak menanyakan kabarku?”, Dia memandangku lalu terdiam. Suasana pun hening kembali.
                 “Good night sayang, terima kasih untuk hari ini. Besok pagi anterin aku ya ke stasiun”, ucapku seraya membuka pintu mobil.
“Iya siap, besok aku anter, aku balik dulu ya”, Galih menyalakan mesin mobil dan tersenyum memandangku.
                “Taksi....!!” Aku bergegas menuju taksi yang menghampiriku, hampir saja terlambat, gumamku. Sesaat kemudian handphone ku berdering. Galih meneleponku.
“Sayang, kamu dimana sekarang? Maaf aku ketiduran”
“Aku sudah otw kok, nggak apa kok, aku bisa naik taksi”
“Aku nyusul kesana ya, nemenin sampai kereta mu berangkat”
“Nggak perlu, 15 menit lagi keretanya berangkat, pasti nggak keburu”. Aku menutup pembicaraan kami. Aku memandang suasana Kota Pahlawan di pagi hari dari balik kaca. Kota yang akan menjadi saksi kenangan suatu saat nanti.
                Aku tidak bisa berhenti berpikir tentang perasaan yang entahlah terasa aneh tapi aku pun tak tahu apa yang sedang aku pikirkan ini. Dimana kah harus ku cari jawabannya? Tapi bagaimana aku bisa menemukan jawabannya ketika aku sendiri pun tidak memiliki pertanyaannya? Sepertinya aku harus mengungkapkan semua ini pada Galih. Bukannya suatu komitmen harus didasari dengan keterbukaan?
“Sayang, aku merasa ada yang berbeda pada kita akhir-akhir ini. Aku merasa kita semakin jauh. Bisa kah kita bahas semua ini weekend nanti?” Aku mengirim pesan padanya.
“Iya sayang, kamu mau ngomong apa? Weekend nanti aku telepon ya.” Jawabnya singkat.
                Aku berharap weekend ini akan menjadi wadah yang menjembatani dimana kami bisa seperti dulu lagi. Aku hanya merasa mungkin hubungan kami sudah berada di titik kejenuhan mengingat kami sudah bersama hampir 3 tahun sehingga ini adalah fase wajar dalam sebuah hubungan. Tak ada firasat yang lebih buruk dari itu.

“Hai Rey, salam kenal ya. Susah sekali aku menghubungimu, akhirnya ku dapatkan juga kontakmu. Kenalkan aku Sandra. Aku sudah lama sekali penasaran siapa kah dirimu? Apa hubunganmu dengan Galih? Apa kau saudaranya?”. Sebuah pesan singkat dari nomer tidak dikenal.
“Halo Sandra, salam kenal juga. Galih? Dia pacar aku. Ada apa ya? Dan siapa kamu?” Balasku tidak sabar.
What?? Really? Galih mengaku padaku bahwa dia jomblo. Aku pacarnya, kami berkenalan 4 bulan yang lalu dan kami jadian 2 bulan yang lalu”
“Aku pacarnya. Kami sudah bersama hampir 3 tahun. Maaf, jangan becanda dengan ku, kalo kamu punya bukti, silahkan kirim semua bukti itu sehingga jelas siapa yang berbohong disini.” Kekhawatiran memuncak tapi aku berusaha tenang dan berpikir perempuan itu hanya main-main denganku. Tak lama kemudian, pesan dari Sandra ku terima. Kedua tangan dan jari-jariku gemetar, bibirku terkunci rapat, hanya airmata yang mengalir semakin deras. ‘Galih, mengapa kau lakukan ini padaku?’
                Aku mencoba menghentikan tangisanku ketika handphone ku berdering. Galih meneleponku. “Halo sayang, gimana? Kamu mau ngomong apa?”. “Galih, sinyal aku jelek, kita chat aja ya.” Aku sengaja mencari alasan dan menutup teleponku.
“Galih, siapakah Sandra?”
“Sandra? Oh itu teman aku waktu smp. Kita bertemu lagi waktu reunian kemarin. Ada apa dengan Sandra?”
Aku tak ingin membuang waktu lagi dengannya. Aku mengirim semua bukti yang ku dapat dari Sandra, “Jelaskan padaku lih, apa maksud semua ini..”

“Rey.. Aku tahu aku sangat jahat sama kamu, aku bodoh.. aku tahu bahkan permintaan maaf ku nggak akan pernah mengobati rasa sakit yang kamu rasain saat ini. Aku bahkan nggak tau rey kenapa aku bisa lakuin ini sama kamu, semua terjadi begitu saja.. Rey, kamu berhak sama orang yang jauh lebih baik, aku cuma laki-laki kotor yang nggak bisa pegang janji.. Maafin aku Rey..”

                Galih, terima kasih telah singgah meski hanya sementara. Persinggahanmu memberikan warna tersendiri di kehidupanku. Denganmu, aku mengenal banyak hal. Dan darimu, aku belajar satu hal berharga, betapa mahalnya sebuah kesetiaan. Kini aku menemukan jawabannya, alasan yang selama ini aku cari.. Mengapa aku bisa membencimu tanpa alasan? Kata hati memang tak pernah salah.